Efektivitas Pijat Punggung Oleh Suami terhadap Penurunan Skor EPDS Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Selatan
Main Article Content
Abstract
Masa nifas merupakan masa setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika organ kandungan pulih seperti sebelum hamil. Pada masa nifas, ibu akan mengalami adaptasi fisik dan psikologi seperti fase taking in,taking hold dan letting go. Adapun beberapa gangguan psikologis pada ibu nifas seperti kecemasan, postpartum blues atau depresi postpartum. Pijatan punggung adalah salah satu cara untuk mengatasi kecemasan yang dirasakan oleh ibu agar ibu menjadi lebih tenang. Tujuan : penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pijat punggung oleh suami terhadap penurunan skor EPDS di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Selatan. Metode : motode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre–exsperimental design dengan pendekatan one group pretest dan posttest menggunakan media video dengan teknik pengumpulan data menggunakan EPDS. Populasi pada penelitian ini sebanyak 30 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dari bulan April s/d Mei 2023. Hasil : hasil yang diperoleh skor EPDS pada ibu nifas sebelum diberikan pijat punggung oleh suami memperoleh nilai median 8.50, skor EPDS pada ibu nifas setelah diberikan perlakukan berupa pijat punggung oleh suami memperoleh nilai median 7.00. Uji statistic menggunakan uji Wilcoxon Rank diperoleh p-value 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima. Kesimpulan : pijat punggung efektif diberikan pada ibu nifas untuk menurunkan skor EPDS.
Kata Kunci : Pijat Punggung, Depresi postpartum
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
[2]I. K. Lindayani and G. A. Marhaeni, “JURNAL Midwifery Update ( MU ) PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO DEPRESI POST PARTUM DI KOTA DENPASAR TAHUN 2019 Pendahuluan Kelahiran seorang anak merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan seorang perempuan . Kejadian ini akan mempengaruhi berbagai as,” vol. 8511, pp. 100–109, 2019.
[3]N. Made, A. Febriyanti, N. Putu, A. Kristina, and K. Widiantari, “Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Dengan Resiko Terjadinya Postpartum Blues Pada Ibu Postpartum The Relationship of Mother Characteristics and Husband Support With The Risk of Postpartum Blues In Postpartum Mothers,” PLACENTUM J. Ilm. Kesehat. dan Apl., vol. 9, no. 2, pp. 75–81, 2021.
[4]A. W. Chan, C. Reid, P. Skeffington, and R. Marriott, “A systematic review of EPDS cultural suitability with Indigenous mothers: a global perspective,” Arch. Womens. Ment. Health, vol. 24, no. 3, pp. 353–365, 2021, doi: 10.1007/s00737-020-01084-2.
[5]S. D. Shrestha, R. Pradhan, T. D. Tran, R. C. Gualano, and J. R. W. Fisher, “Reliability and validity of the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) for detecting perinatal common mental disorders (PCMDs) among women in low-and lower-middle-income countries: A systematic review,” BMC Pregnancy Childbirth, vol. 16, no. 1, 2016, doi: 10.1186/s12884-016-0859-2.
[6]Lailiyana and E. Susilawati, “Sosialisasi Dan Penerapan Edinburgh Postnatal Depression Scale (Epds) Oleh Bidan Dalam Upaya Deteksi Dini Depresi Pada Ibu Postpartum Di Puskesmas Kota Pekanbaru,” J. Pengabdi. Masy. Multidisiplin, vol. 4, no. 1, pp. 55–60, 2020.
[7]F. K. Adli, “Edinburgh Post-natal Depression Scale ( EPDS ): Deteksi Dini dan Skrining Depresi Post-partum Edinburgh Post-natal Depression Scale ( EPDS ): Early Detection and Screening Post-partum Depression,” vol. 13, pp. 430–435, 2022.
[8]R. Ariyanti, “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Risiko Depresi Postpartum,” J. Kebidanan Mutiara Mahakam, vol. 8, no. 2, pp. 94–101, 2020, doi: 10.36998/jkmm.v8i2.99.
[9]S. U. Nadhiroh, Masini, and C. H. T. Dewi, “Hubungan Dukungan Suami Dan Paritas Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Postpartum,” Juru Rawat J. Updat. Keperawatan, vol. 2, no. 1, pp. 40–48, 2022.
[10]E. T. Susanti and L. Triningsih, “Pijat Oksitosin Oleh Suami,” J. Keperawatan, vol. 7, no. 1, pp. 39–52, 2021.
[11]R. Fitria and N. Retmiyanti, “Pijat Oksitosin terhadap Produksi Asi pada Ibu Post Partum,” J. Ilm. Univ. Batanghari Jambi, vol. 21, no. 1, p. 275, 2021, doi: 10.33087/jiubj.v21i1.1325.
[12]N. Siregar,Nurelilasari & Navratilova, “Dukungan Suami terhadap Pemberian ASU Pada Ibu Bekerja Di Desa Labuan Rasoki,” J. Kebidanan, vol. 5, 2020.
[13]E. Wulandari, Sapitri & Nurlaela, “Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif : Literature Riview,” J. Keperawatan, 2021.
[14]S. Isnair, Norlita, Wiwik, Gusrita, “Pengaruh Peran Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan Di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru,” J. Ilmu Kesehat. Masy., vol. 11, pp. 32–44, 2020.
[15]I. A. Suardani, Ni Putu, Manik Parwati, Ni Wayan, Riza Kurnia Indriana, Ni Putu, Wulandari, “Efektivitas Promosi Kesehatan Media Video terhadap Pengetahuan dan Sikap Suami Ibu Hamil Trimester III Tentang Postpartum Blues,” vol. 14, 2023.
[16]S. Nova, Silvia & Zagota, “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas Di Klinik Pratama Afiyah Pekanbaru Tahun 2019,” J. Kebidanan, vol. 9, pp. 108–118, 2020.
[17]S. R. Putri and R. Rahmawati, “Efektifitas Pijat Oksitosin dan Aromaterapi Lavender terhadap Keberhasilan Relaktasi pada Ibu Nifas,” J. Ilmu Kesehat. Masy., vol. 10, no. 01, pp. 1–7, 2021, doi: 10.33221/jikm.v10i01.782.
[18]H. & R. Apreliasari, “PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI,” vol. 2511, no. 1996, p. 12907, 2017.
[19] dkk Doko, Tabita Mariana, “Pengaruh Pijat Oksitosin Oleh Suami Terhadap Penurunan Produksi ASI Pada Ibu Nifas,” J. Keperawatan, vol. 2, pp. 66–86, 2019.
[20] dkk Noviyana, Prasasti, “Efektivitas Pijat Oksitosin dalam Pengeluaran ASI,” J. Keperawatan, vol. 5, pp. 23–33, 2022.